Rabu, 11 Februari 2015

Hasan Al-Banna: Empat Golongan Obyek Dakwah

Keterusterangan
Kami ingin berterus terang kepada semua orang tentang tujuan kami, memaparkan dihadapan mereka metode kami, dan membimbing mereka menuju dakwah kami. Di sini tidak ada yang samara dan remang-remang. Semuanya terang. Bahkan lebih terang dari dari sinar mentari, lebih carah dari cahaya fajar, dan lebih benderang dari putihnya siang. 

Kesucian 

Kami juga ingin agar umat kami –dan kaum muslimin semua adalah umat kami–mengetahui bahwa Ikhwanul Muslimin membawa misi dakwah yang bersih dan suci; bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang telah digariskan Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam firman-Nya,

“Katakanlah, ‘inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata.’ Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf : 108) 

Kami tidak mengaharapkan sesuatu pun dari manusia; tidak mengharap harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kami harap hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang telah menciptakan kami.

Kasih Sayang 

Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai dari pada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehoramatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami, mengusai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.

Sungguh, kami berbuat di jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai audara-saudara tercinta. Sesaat pun kami tak akan pernah menjadi musuh kalian. 

Semua Keutamaan Hanyalah Milik Allah 

Andaikan yang kami lakukan ini adalah sebuah keutamaan, maka kami sama sekali tidak menganggap itu keutamaan diri kami. Kami hanya percaya pada firman Allah subhanahu wa ta’ala, 

“Sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 17) 

Kami sering mengangankan –andaikan angan-angan itu bermanfaat– bahwa suatu saat tersingkaplah isi hati kami dihadapan penglihatan dan pendengaran umat ini. Kami hanya ingin mereka menyaksikan sendiri: adakah sesuatu dalam hati ini selain kecintaan yang tulus, rasa kasih yang dalam, serta kesungguhan kerja guna mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi mereka ? Adakah sesuatu dalam hati ini selain lara dan perih atas musibah yang menimpa mereka? 

Namun biarlah, cukup bagi kami keyakinan bahwa Allah swt. mengetahui itu semua. Hanya Dia-lah yang menanggung kami dengan bimbingan-Nya dalam langkahlangkah kami. Di tangan-Nya-lah berada semua kunci dan kendali hati manusia. Siapa yang ia sesatkan maka tak akan ada yang dapat menunjukinya, dan siapa yang ia tunjuki maka tak akan ada yang dapat menyesatkannya. Cukuplah Dia bagi kami. Dia-lah sebaikbaik tempat bergantung. Bukankah hanya Allah yang mencukupi kekurangan hamba-Nya? 

Empat Golongan Obyek Dakwah 

Kami hanya ingin agar kelak –dalam mensikapi dakwah kami– orang akan masuk ke dalam salah satu dari empat golongan berikut: 

Pertama, Golongan Mukmin 

Mereka adalah orang-orang yang meyakini kebenaran dakwah kami, percaya kepada perkataan kami, mengagumi prinsip-prinsip kami, dan menemukan padanya kebaikan yang kebaikan yang menenangkan jiwanya. Kepada orang seperti ini kami mengajak untuk segera bergabung dan bekerja bersama kami agar jumlah para mujahid semakin banyak, dan agar dengan tambahan suara mereka, suara para da’i akan semakin meninggi. 

Iman takkan punya arti bila tidak disertai dengan amal. Akidah tak akan memberi faedah bila tidak mendorong penganutnya untuk berbuat dan berkorban demi menjelmakannya menjadi kenyataan. Begitulah yang terjadi pada generasi terdahulu umat ini, dimana Allah melapangkan dada mereka untuk menerima hidayah-Nya. Mereka mengikuti jejak para Nabinya, beriman kepada risalahnya, dan berjihad dengan jihad yang benar dalam menegakkan misi suci itu. Kami berharap agar Allah swt. Berkenan memberikan pahala yang banyak kepada para pendahulu ini, ditambah dengan pahala orang-orang yang mengikuti jejek mereka, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti itu. 

Kedua, Golongan Orang Yang Ragu-ragu 

Boleh jadi mereka orang-orang yang belum mengetahui secara jelas hakekat kebenaran dan belum mengenal makna keikhlasan serta manfaat di balik ucapan-ucapan kami. Mereka bimbang dan ragu. akan halnya golongan ini, biarkanlah mereka bersama keraguannya, sembari disarankan agar mereka tetap berhubungan dengan kami lebih dekat lagi, membaca tulisan-tulisan kami dan apa saja yang terkait dengan kami –baik dari jauh maupun dari dekat–, mengunjungi klub-klub kami, dan berkenalan dengan saudara-saudara kami. Setelah itu, isnya Allah hati mereka akan tentram dan dapat menerama kami. Begitulah juga tabiat golongan manusia peragu, yang menjadi pengikut para rasul zaman dahulu. 

Ketiga, Golongan yang Mencari Keuntungan 

Boleh jadi mereka adalah kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya. Kepada mereka ini kami hanya ingin mengatakan, “Menjauhlah! Disini hanya ada pahala dari Allah jika kamu memang benar-benar ikhlas, dan surga-Nya jika ia melihat ada kebaikan dalam hatimu. Adapun kami, kami adalah orang-orang yang miskin harta dan popularitas. Semua yang kami lakukan adalah pengorbanan dengan apa yang ada di tangan kami dan dengan segenap kemampuan yang ada pada kami, dengan harapan bahwa Allah akan meridhai. Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” 

Bila kelak Allah menyikap tabir kegelapan dari hati mereka dan menghilangkan kabut keserakahan dari jiwanya, niscaya meraka akan tahu bahwa sesungguhnya apa yang ada disisi Allah itu jauh lebih baik dan lebih kekal. Kami percaya, hal itu akan mendorongnya bergabung dengan barisan Allah. Saat itu, dengan segala kemurahan hati mereka akan mengorbankkan seluruh hartanya demi memperoleh balasan Allah di akhirat kelak. Apa yang ada padamu (manusia) akan habis musnah, dan apa yang ada di sisi Allah akan abadi. 

Andaikan tidak demikian, sungguh Allah tidak membutuhkan orang yang tidak melihat bahwa hak Allah-lah yang pertama harus ditunaikan, pada diri, harta, dunia, akhirat, hidup, dan matinya. Begitulah yang pernah terjadi, ketika sekelompok orang enggan berba’iat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kecuali jika nantinya beliau berkenan memberikan porsi kekuasaan setelah Islam menang. Pada waktu itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. 

Hanya menyatakan bahwa bumi ini adalah milik Allah, yang ia wariskan kepada siapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya kemenangan akhir selalu menjadi milil orang-orang yang bertaqwa. 

Keempat, Golongan yang Berprasangka Buruk 

Barangkali mereka adalah orang-orang yang selalu berprasangka buruk kepada kami dan hatinya diliputi keraguan atas kami, mereka selalu melihat kami dengan kacamata hitam pekat, dan tidak berbicara tentang kami kecuali dengan pembicaraan yang sinis. Kecingkakan telah mendorong mereka terus berada pada keraguan, kesinisan, dan gambaran negatif tentang kami. 

Bagi kelompok macam ini, kami bermohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala, agar berkenan memperlihatkan kepada kami dan kepada mereka kebenaran sebagai kebenaran dan memberi kekuatan kepada kami untuk mengikutinya, serta memperlihatkan kebatilan sebagai kebatilan dan memberi kekuatan kepada kami untuk menjauhinya. Kami memohon kepada Allah swt. Agar berkenan menunjuki kami dan mereka ke jalan yang lurus. 

Kami akan selalu mendakwahi mereka jika mereka mau menerima, dan kami juga berdoa kepada Allah swt. Agar berkenan menunjuki mereka. Memang, hanya Allah-lah yang dapat menunjuki mereka. Kepada Nabi-Nya Allah berfirman tentang segolongan manusia, 

“Sesunguhnya, kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang kamu suka, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki.” (Al-Qashash: 56). 

Walaupun begitu, kami tetap mencintai mereka dan berharap bahwa suatu saat mereka akan sadar dan percaya pada dakwah kami. Terhadap mereka kami menggunakan semboyan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw., “Ya Allah ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” 

Kami menginginkan ada salah satu dari keempat golongan tadi yang bergabung bersama kami. Kini tiba saatnya bagi setiap muslim untuk memahami tujuan hidupnya dan menentukan arah perjalanannya. Ia harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menempuh jalan tersebut agar dapat mencapai tujuannya. Adapun mereka yang lalai dan terus dalam kebingungan, yang suka bersantai-santai, yang hatinya buta dan gampang terbujuk oleh rayuan, maka tidak ada tempat bagi mereka di jalan panjang orang-orang yang beriman. 

Syaikh Hasan Al Banna
Risalah Dakwah

0 comments:

Posting Komentar

channel kita